My Honey Moon

Get Me There ...

Thursday 29 July 2010

Mengenai Lelaki Cerdas

Lelaki cerdas alias yang memiliki tingkat IQ tinggi jarang membohongi istrinya dan lebih suka memilih monogami.

Sebuah penelitian baru menunjukkan lelaki cerdas lebih suka hubungan seks yang eksklusif dengan satu orang. Pengkaji Inggris meneliti perilaku lelaki cerdas ini yang menempatkan monogami dan hubungan seks yang eksklusif. Perilaku ini berbeda dengan teman-teman yang seumuran mereka tapi memiliki tingkat kecerdasan yang kurang.Tapi hubungan antara moraliti perilaku seks konvensional dan tingkat intelijen tidak tercermin pada wanita.

Pengkaji tidak menemukan bukti bahwa perempuan yang lebih cerdas dalam populasi umum akan lebih setia. Penelitian pola-pola perilaku tersebut dilakukan oleh Dr Satoshi Kanazawa dari London School of Economics and Political Science yang hasilnya telah disiarkan dalam jurnal Social Psychology Quarterly edisi Maret.

Dalam penelitiannya Dr Kanazawa menganalisa dua penyelidikan utama di AS yang berhubungan dengan perilaku sosial dan tingkat IQ yang telah dilakukan terhadap ribuan perserta dari remaja hingga orang dewasa. "Sebagai analisis empiris, hasil kajian menunjukkan bahwa lelaki dengan tingkat kecerdasan tinggi cenderung monogami dan menilai hubungan seksual adalah eksklusivei dibandingkan dengan laki-laki yang kurang cerdas," bunyi kesimpulan hasil penelitian Dr Kanazawa seperti dilansir dari Telegraph, Selasa (2/3/2010).Dr Kanazawa mendakwa bahwa hubungan antara tingkat kecerdasan dan monogami oleh lelaki cerdas itu terkait dengan perkembangan evolusi perilaku yang terjadi.
Photobucket

Dalam evolusi perilaku tersebut, dunia moderen memandang tidak ada lagi keuntungan memiliki hubungan seksual dengan banyak mitra. Dan orang-orang cerdas mampu melepaskan beban psikologis tersebut dengan mengadopsi cara-cara berperilaku yang baru.Sebelumnya, Profesor Martha Bailey dan Bita Amani dari Queen's University menyebutkan bahwa isteri dan anak akan menjadi korban dalam rumah tangga ketika seorang suami memilih untuk melakukan poligami. "Mereka lebih banyak mengalami tekanan dan kemurungan karena perasaan cemburu. Mereka juga cenderung menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga," ujar Bailey.

Sementara suami yang melakukan poligami mendapat pemenuhan seks yang baik, isteri yang dipoligami akan menderita karena harus menghadapi kenyataan suaminya berbagi seks dengan wanita lain dan kemungkinan penyakit menular seksual.

Ketika seorang wanita kemurungan, corak pengasuhan anaknya pun menjadi kacau. Dan itu akan memberi kesan negatif bagi anak. Anak juga berisiko mengalami trauma dan dipencilkan oleh teman-temannya. Perilaku mereka pun menurut Pengkaji lebih sukar dikawal kerana peranan ayah menjadi berkurang..
Sent from my BlackBerry® wireless device via Vodafone-Celcom Mobile.